Rabu, 11 Mei 2011

Mengenali Ciri-ciri Umum Puisi dari Buku Antologi Puisi


Puisi merupakan bagian dari karya sastra yang memiliki ciri dan karakter yang membedakan dengan bentuk karya sastra lainnya. Dalam puisi terdapat adanya aturan mengenai persajakan, rima, dan kebaitan. Adapun antologi puisi adalah buku yang memuat kumpulan puisi, baik dari seorang penyair atau beberapa penyair. Biasanya dalam sebuah antologi puisi terdapat banyak puisi. Dapatkah kalian menganalisis puisi dari sebuah antologi puisi untuk menentukan ciri umum puisi? Sebagai bahan referensi, simaklah puisi berikut dengan cermat beserta pembahasannya!
I.
Pada Gelombang
Karya: Tri Astoto Kodarie
biarkan kukabarkan kepada burung-burung yang melintas
di warna kelam langit tanpa batas
lepaskanlah segera gelombang di tanganmu
yang kau genggam erat-erat sewaktu kita bertemu
wajahmu telah lama terdampar di pulau karang
kutahu ketika tangis air matamu mengerang
tapi masih tetap kaudengar gemuruh gelombang
memercikkan buih di alis matamu yang bimbang
malam tak juga melepaskan dingin yang kaukirim
perahumu mengapung di punggung musim
sebab pelayaran telah menjelma menjadi benua tua
memainkan buih dengan senandung berair mata
(Horison, Juni 2004)
II.
Lagu Batin
Karya: Dorothea Rosa Herliany
inilah lagu batinku, suarasuara angin di antara musim
salju, daundaun membeku, rantingranting tak bergoyang,
dan burungburung yang mati kedinginan
biarlah akhirnya hanyut oleh suarasuara sungai mengalir,
dari negeri mimpi, biarlah akhirnya cuma bergumam
dalam pukulan batubatu karang, biarlah akhirnya pulas
oleh alunan riakriak, takkan diam hatiku memetikkan
dawaidawai gitar menghiburmu!
(Antologi Puisi, Kempompong Sunyi, Balai Pustaka)
Beberapa hal yang dapat kalian catat berkaitan dengan puisi-puisi tersebut yaitu berkaitan dengan diksi, bentuk penulisan, dan makna-makna yang dikandungnya. Pilihan kata atau diksi yang digunakan dalam puisi-puisi di atas cenderung singkat, padat, dan penuh makna kias. Contoh hal tersebut dapat kalian lihat pada puisi kedua baris pertama inilah lagu batinku .... Rangkaian kata tersebut dapat berarti inilah perasaan dan suasana yang aku alami, atau inilah keadaan atau perasaan yang ingin saya ungkapkan atau sampaikan.
Makna kias dari puisi-puisi tersebut dapat dilihat dari penggunaan majas-majas dalam beberapa baris yang sangat tampak. Contoh penggunaan majas personifikasi di antaranya malam tak juga melepaskan dingin yang kaukirim, perahumu mengapung di punggung musim (puisi 1); majas asosiasi di antaranya takkan diam hatiku memetikkan dawaidawai gitar menghiburmu (puisi 2); majas metafora di antaranya lepaskanlah segera gelombang di tanganmu yang kaugenggam erat-erat sewaktu kita bertemu; dan sebagainya. Unsur persajakan dan rima juga sangat kental dalam puisi-puisi di atas. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa contoh, di antaranya bunyi akhir tiap baris pada puisi I selalu memiliki keterkaitan antar baris. Rima dari puisi-puisi di atas tampak pada keterkaitan bunyi dalam tiap barisnya, contoh di antaranya bunyi [ U ] pada perahumu mengapung di punggung musim (puisi 1); bunyi [ U ] dan [ ng ] pada salju, daundaun membeku, rantingranting tak bergoyang (puisi 2); dan sebagainya.
Secara makna, puisi tidak dapat diartikan ke dalam satu makna yang pasti. Makna yang diungkapkan dalam kata-kata puisi dapat ditafsirkan dengan melihat konteks kalimat atau keseluruhan barisbarisnya. Makna takkan diam hatiku memetikkan dawaidawai gitar menghiburmu (puisi 2) dapat berarti takkan berhenti menghibur dengan senandung atau nyanyian, atau dapat juga takkan berhenti menghibur dengan perhatian atau kasih sayang, dan sebagainya.
Beberapa puisi di atas diambil dari antologi puisi yang berbeda. Namun secara bentuk dan diksi, puisi-puisi tersebut menampakkan kesamaan cirinya. Berdasarkan pembahasan mengenai puisi-puisi di atas, ciri-ciri puisi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut.
1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat, dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan.

(Berbahasa dan Bersastra Indonesia karya Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti hal. 184-186)


 Membaca Buku Antologi Puisi

Buku antologi puisi merupakan buku yang berisi kumpulan puisi karya seorang penyair atau beberapa penyair. Penyair adalah seniman kreatif. Ia akan berusaha untuk terus berkarya dengan penuh inovasi dengan menampilkan hal-hal baru dalam puisi yang dihasilkannya. Kebanyakan dari mereka akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat klise dan statis. Tema, tipografi, diksi, dan majas, dalam puisi yang dihasilkan tidak hanya mengulang-ulang puisi terdahulu. Oleh sebab itu, dari buku antologi puisi akan dapat kita temukan keanekaragaman tema, tipografi, diksi, gaya bahasa, maupun amanat dari puisi-puisi tersebut.
Ciri-ciri umum puisi meliputi bahasa, rima, pilihan kata, dan keanekaragaman makna. Ciri-ciri umum puisi dapat dikenali setelah kamu membaca beberapa puisi atau bahkan menyelesaikan secara keseluruhan puisi dalam buku antologi puisi itu. Buku Puisi Baru merupakan salah satu antologi puisi karya Sutan Takdir Alisyahbana. Dalam antologi puisi yang menghadirkan 99 puisi karya beberapa penyair terdapat puisi karya Ali Hasjmi yang berjudul "Menyesal" seperti berikut ini!

Menyesal
Karya Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Akh, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada guna
Hanya menambah luka sukma
Kepada muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti

Dalam mengungkapkan perasaan melalui puisinya, penyair memilih dan menggunakan bahasa yang khas yang berbeda dengan bahasa prosa. Kata-kata dipilih dengan cermat untuk mewakili ekpresinya. Kata-kata yang digunakan singkat dan padat. Dalam mengungkapkan satu gagasan penyair biasanya menggunakan bait-bait. Hal ini berbeda dengan prosa yang
diungkapkan dalam paragraf-paragraf. Namun, sebenarnya keduanya dapat disejajarkan. Kekhasan puisi juga dapat dilihat dari pilihan kata yang menunjukkan adanya persamaan bunyi atau persajakan. Persamaan bunyi dipilih untuk menimbulkan efek keindahan bagi pembaca atau pendengar ketika puisi dibacakan, misalnya dapat kamu cermati larik-larik berikut ini.
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Dalam penggalan puisi di atas dapat kamu jumpai persamaan bunyi sebagai berikut.
a. Persamaan bunyi aliterasi pada bunyi ng, yaitu pada kata hilang, melayang, petang, datang, membayang, batang.
b. Persamaan bunyi i pada kata hari, pergi, kini, tinggi.
c. Rima yang teratur dengan rumus persajakan a b a b.

Makna kata dalam puisi umumnya berupa makna konotatif, kata-kata kias, dan simbol-simbol untuk mengungkapkan suatu maksud, misalnya:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta

Kata pagi dalam penggalan puisi di atas merupakan simbol usia yang masih muda. Frasa meracun hati adalah kiasan dari kesedihan dan penderitaan yang dialami. Tema yang terkandung dalam puisi di atas adalah "penyesalan akibat kemalasan". Puisi di atas terdiri atas empat bait. Setiap bait mengandung satu gagasan atau ide. Makna yang terkandung pada setiap bait adalah sebagai berikut:

Bait I               Penyair menceritakan keadaan dirinya yang dalam keadaan kesediahan dan penderitaan        karena usianya yang sudah tidak muda lagi.
Bait I               Penyair menceritakan dirinya yang miskin ilmu dan miskin harta karena kelengahannya di masa muda.
Bait III           Penyair merasa tidak ada gunanya menyesali sesuatu yang sudah terjadi dan berlalu. Penyesalan yang datang pada usia tua justru menambah kesedihan dan penderitaan yang dialaminya.
Bait IV            Pesan penyair kepada pemuda agar menggunakan masa mudanya dengan sebaik-baiknya untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa.

Buku antologi puisi berjudul Puisi Baru berisi 99 puisi hasil karya dari 19 penyair. Puisi-puisi itu dikumpulkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana yang merupakan pelopor Angkatan Pujangga Baru.

Menggunakan Kata Berpeyorasi dan Berameliorasi
a. Peyorasi (menurun)
Peyorasi berarti suatu proses perubahan makna kata yang ditanggapi lebih jelek daripada makna semula. Proses perubahan makna peyorasi merupakan kebalikan dari proses ameliorasi. Terdapat sejumlah kata dalam wacana yang mengalami pergeseran makna secara
peyoratif.

Contoh:
1. Kata perempuan ditanggapi lebih rendah daripada wanita.
2. Kata bunting ditanggapi lebih rendah daripada hamil.
3. Kata laki ditanggapi lehih rendah daripada suami.
b. Ameliorasi (meninggi)
Ameliorasi berarti proses menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, dan lebih halus. Makna kata yang baru dianggap lebih tinggi, lebih anggun, dan lebih halus dibandingkan makna kata lama. Terdapat sejumlah kata yang mengalami pergeseran makna amelioratif.
Contoh:
I. Kata istri ditanggapi lebih haik daripada bini.
2. Kata putra ditanggapi lebih rendah daripada anak.
3. Kata surya ditanggapi lebih rendah daipada matahari.

Menulis Puisi Bebas

Menulis puisi sebenarnya tidak sukar. Menulis puisi sebenarnya tidak sesulit menulis karya sastra yang lain. Dalam menulis puisi, penulis tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Meskipun demikian, dalam menulis puisi, kita harus memperhatikan pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan serta memperhatikan persajakan atau persamaan bunyi.
Persajakan yang baik akan menimbulkan efek keindahan. Persajakan atau persamaan bunyi dalam puisi itu dapat berupa persamaan konsonan (aliterasi), persamaan vokal (asonansi), persamaan bunyi akhir, persamaan bunyi tengah, persajakan vertikal dan persajakan horizontal.

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
a. Asonansi dan Aliterasi
Perhatikan kutipan puisi Chairil Anwar berikut ini!
(1) AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Kepramukaan 191
Tak perlu sedu sedan itu
……………………..
Chairil Anwar, Maret 1943
(2) AKU
……………………………..
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
..................................
Chairil Anwar, Maret 1943
Pada kutipan (1) di atas dapat kamu temukan adanya persamaan bunyi u pada kata waktuku, kumau, merayu, dan itu. Persamaan bunyi vokal seperti itu disebut asonansi. Pada kutipan (2) dapat kamu temukan persamaan bunyi ng pada kata binatang, jalang, dan terbuang. Persamaan bunyi konsonan seperti itu disebut aliterasi.
  
b. Rima Awal dan Rima Akhir
Perhatikan kutipan berikut ini!
(1) BERKAWAN HUJAN
mungkin aku mesti berkawan hujan
membiarkan binar air datang
menyapu letih perjalanan
biar aku kuyup
mengigil dengan tubuh yang gemetar
…………………………………
Alex Nainggolan, Jakarta, 27 Desember 2006
(2) TUTUP TAHUN
kini kujadwal ulang seluruh tubuh
menginap setahun di tempurung waktu
desember tertawa
renyah dan basah dalam hujan
................................................
Alex Nainggolan, Jakarta, 27 Desember 2006
Pada kutipan (1) di atas kamu menjumpai persamaan bunyi di awal kata, yaitu bunyi me pada kata membiarkan, menyapu, dan menggigil. Persamaan bunyi atau persajakan tersebut dikenal dengan rima awal. Pada kutipan (2), kamu akan menjumpai persamaan bunyi uh di akhir kata yaitu pada kata seluruh dan tubuh. Selain itu, kamu juga dapat menemukan persamaan bunyi ah pada kata renyah dan basah. Persajakan pada akhir setiap kata seperti itu disebut rima akhir.

Persajakan Vertikal dan Persajakan Horizontal
Perhatikan kutipan berikut ini!
1) PELUKLAH AKU SEKALI SAJA
.............................
kelembutan itu tak lagi bersemai
kasih sayang sudah menjauh
sudah banyak kekerasan yang terkeraskan
sudah banyak tangis yang tak tertangisi
sudah banyak rintihan yang tak kau peduli
194 Bahasa Indonesia, Bahasa Kebanggaanku Kelas VIII SMP dan MTs
sudak banyak siksaan yang kau lakukan
............................................
Sulaiman Tripa, Banda Aceh, Mei 2000
Sumber: Republika, Minggu, 04 Maret 2007
2) KEINGKARAN
terlalu banyak janji tak bisa ditunaikan
terlalu banyak harapan terhamparkan
daun-daun berserakan tak tersapu
dan angin pun pergi entah ke mana
yang berdiri di sini hanya panorama
kediaman
Akidah Gauzillah, November 05, 2005
Sumber: Republika, Minggu, 04 Februari 2007
 3) D O A
kenang, kenanglah kami
teruskan, teruskan jiwa kami
menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
……………………………
1957
Pada kutipan (1) dan 2) di atas dapat kamu temukan persamaan bunyi bahkan perulangan kata sudah banyak dan terlalu banyak dalam baris atau larik yang berbeda. Persamaan bunyi yang demikian disebut dengan istilah persajakan vertikal. Berbeda pada kutipan 3), kamu dapat
menjumpai persamaan bunyi (perulangan kata) kenang dan teruskan dalam baris atau larik yang sama. Persamaan bunyi seperti itu disebut persajakan horizontal.


(Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku karya Sarwiji Suwandi dan Sutarmo hal. 183 - 194)


 Mengenali Ciri-Ciri Umum Puisi dari Buku Antologi Puisi

Tibalah saatnya kamu mengenali jenis karya sastra selain drama dan novel yang telah kamu pelajari pada pelajaran terdahulu, yaitu puisi. Pernahkah kamu membuat kalimat-kalimat indah di saat senggang dalam sebuah buku harian, misalnya? Pernahkah juga kamu menulis bait-bait indah saat mengirim kado ulang tahun temanmu? Pernahkah kamu mendapat sanjungan, "Puitis sekali kalimatmu!", atau misalnya, "Dia itu orangnya puitis ya?" Apakah hal-hal tersebut bisa dikatakan kamu sedang berpuisi? Tahukah kamu apa puisi itu?

Perhatikan contoh puisi berikut!
Kepada Peminta-minta
Oleh: Chairil Anwar
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.

Kamu tahu bahwa puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan bentuk karya sastra lainnya, yakni prosa maupun drama. Perbedaannya ialah pilihan kata pada puisi lebih memunculkan imajinasi yang berkembang dan puisi memiliki kepadatan bahasa dibandingkan dengan prosa dan drama. Amatilah puisi tersebut. Berdasar amatan itu, kamu akan mengetahui ciri-ciri umum puisi, meliputi unsur lahir dan unsur batin. Unsur lahir (fisik) puisi mencakup, antara lain, irama, persajakan, intonasi, repetisi. Unsur lahir puisi Kepada Peminta-minta terlihat pada kata-kata yang digunakan dalam tiap larik. Puisi tersebut terdiri atas 5 bait dan tiap bait terdiri atas 4 larik. Keindahan dan kemanisan bunyi, pengulangan beberapa kata, nada-nada ucap yang haru akan terasa saat puisi ini kamu baca. Unsur batin puisi meliputi sebagai berikut.

1. Tema dan makna

Tema adalah persoalan yang ingin diungkapkan oleh penyair. Ada puisi yang sekali baca kamu bisa tahu temanya. Ada pula puisi yang mesti dibaca berulang-ulang baru kamu mengetahui temanya. Tema bisa kamu ketahui dengan cara memahami makna kata di dalamnya, baik secara tersurat maupun tersirat. Adapun pencarian makna yang bersifat indrawi bisa kamu ketahui melalui pencitraan. Ada empat pencitraan dalam puisi, yaitu.
a. citraan perasa
    Tapi jangan tentang lagi aku
    Nanti darahku jadi beku
b. citraan visual
    Baik, baik aku akan menghadap Dia
    Menyerahkan diri dan segala dosa
c. citraan gerak
    Nanah meleleh dari luka
    Sambil berjalan kau usap juga
d. citraan pendengaran
    Dibibirku terasa pedas
    Mengaum di telingaku

2. Rasa
Rasa merupakan sikap emosi penyair terhadap pokok permasalahan yang ia ungkapkan dalam puisi. Dalam puisi Kepada Peminta-minta, naluri Chairil Anwar tersentuh melihat keadaan orang yang menderita. Puisi ini menimbulkan kesan haru disebabkan penyair merasa berdosa karena mengabaikan orang-orang menderita tersebut.

3. Amanat
Amanat merupakan sesuatu yang hendak disampaikan maupun efek tertentu yang dikehendaki oleh penyair melalui puisinya. Kepada Peminta-minta mengamanatkan seseorang agar tidak mengabaikan orang-orang yang menderita.

Uraian puisi tersebut merupakan puisi modern atau puisi bebas. Kamu juga perlu mengenal puisi lama atau tradisional, misalnya syair dan pantun. Puisi lama memiliki bentuk terikat. Keterikatan ini terlihat dari jumlah larik pada setiap bait, jumlah kata pada setiap larik, jumlah suku kata pada setiap larik, rima, dan irama.

Contoh syair:                                     Contoh pantun:
Adalah raja sebuah negeri                   Berburu ke padang datar
Sultan Agus yang bestari                    Dapat rusa belang kaki;
Asalnya baginda raja yang bahari       Berguru kepalang ajar
Melimpahkan pada dagang biaperi.    Ba’ bunga kembang tak jadi

(Terampil Berbahasa Indonesia karya Dewaki Kramadibrata, Dewi Indrawati dan Didik Durianto hal.167-169 )

Menulis Puisi Bebas

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang terdiri atas bait dan baris. Baris dan bait tersebut terdiri atas susunan kata yang indah dan padat. Kata tersebut dipilih sesuai situasi dan kondisi isi puisi. Makna kata dalam puisi akan mencerminkan makna puisi secara keseluruhan. Pilihan kata dalam puisi disebut dengan istilah diksi. Adapun langkah-langkah menulis puisi bebas, antara lain sebagai berikut
1. Tentukan tema.
2. Tulislah baris demi baris dan bait demi bait dengan pilihan kata yang tepat sehingga tercipta
sebuah puisi.
3. Koreksi kembali antara ketepatan diksi dengan makna.
4. Padatkan kata-kata dalam puisi tanpa mengurangi makna.
Puisi bebas merupakan puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu, baik dalam baris, bait, maupun pilihan kata.

Perhatikan contoh penggalan puisi bebas berikut ini!
Di Bawah Layar
Karya: D. Zawawi Imron
............
Olle ollang
Memanjat ombak
Mengejar angin
Menurut cerita
Aku ini keturunan pejuang
Penguasa laut jawa
Pada abad-abad yang lalu
Maka mekarlah daun telingaku
Maka kembanglah isi dadaku
Begitu engkau menyebut namaku
~ Karaeng Gaksong ~
Di atas pinisi
Dialah yang paling gagah berdiri di haluan
Dan tangan siap di tangkai badik
Mata nyalang berhulu ke magma
Menatap cakrawala
Di gigir laut
Seiring kapal kompeni
Siri bergolak melebihi ombak
Dalam darah
.....

Membaca Puisi

Kamu tentu pernah membaca buku kumpulan puisi. Buku kumpulan puisi tersebut disebut antologi puisi. Apabila pernah membaca puisi dalam sebuah antologi puisi, kamu tentu akan menemukan ciri-ciri puisi secara umum. Ciri-ciri puisi tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Puisi disusun dengan pilihan kata yang padat dan indah.
2. Puisi disusun dalam bentuk larik/baris.
3. Larik/baris dihimpun dalam bait-bait.
4. Rima/sajak bebas tidak terikat, seperti dalam pantun dan syair.
5. Lebih bersifat ekspresif.
Berikut ini merupakan dua buah puisi karya Haris Firdaus dalam buku
Antologi Puisi Pendhapa 3 terbitan Taman Budaya, Jawa Tengah, tahun 2007.
Perhatikan dengan cermat!
1. Surga Itu Terlalu Mahal
Surga itu terlalu mahal
Kalau kautukar dengan
Jerit dan darah orang-orang
Tak bernama
Selusin batok kepala
Menganga, bertanya,
“Kenapa?”
Biji-biji mata terbelalak
Murka
Bibir-bibir sobek
Telinga-telinga cuil
Dan tubuh-tubuh roboh
Dalam bentuk remuk
Kalau seperti itu
Surga terlalu mahal.

Bulan Harus Tetap Bersinar
Malam ini langit penuh awan
Tapi bulan
Harus tetap bersinar
Kalau tidak di langit
Ya di hatimu
Boleh
Kupegang cahaya itu?
Agar aku bisa
Menyentuh senyummu?

(membuka-jendela-ilmu-pengetahuan-bahasa-dan-sastra-indonesia hal. 61-81)








Jawab soal-soal berikut dengan jawaban yang paling tepat !!

1.      Apa yang disebut dengan buku antologi puisi ??
a.      Buku yang memuat kumpulan puisi, baik dari seorang penyair atau beberapa penyair.
b.      Buku yang memuat kumpulan puisi dan aturan-aturanya.
c.       Buku yang memuat kumpulan puisi
d.      Buku yang memuat aturan-aturan membuat puisi

2.      Apa yang disebut dengan Peyorasi ?
a.      Suatu proses perubahan makna kata yang ditanggapi lebih jelek daripada makna semula.
b.      Suatu proses perubahan makna kata yang ditanggapi lebih baik daripada makna semula.
c.       Suatu proses perubahan makna
d.      Suatu proses peleburan makna

3.      Apa yang disebut dengan Rasa ?
a.      Sikap emosi penyair terhadap pokok permasalahan yang ia ungkapkan dalam puisi.
b.      Sikap senang penyair terhadap pokok permasalahan.
c.       Sikap gugup penyair terhadap pokok permasalan.
d.      Sikap tenang penyair terhadap pokok permasalahan.

4.      Apa yang disebut dengan Penyair ??
a.      Penyair adalah seniman kreatif.
b.      Penyair adalah orang pintar
c.       Penyair adalah dukun
d.      Penyair adalah paranormal

5.      Apa yang disebut dengan Diksi ?
a.      Pilihan kata dalam puisi
b.      Pilihan kata dalam bait
c.       Pilihan kata dalam syair
d.      Pilihan kata dalam pantun









Daftar Pustaka

-          Berbahasa dan Bersastra Indonesia karya Asep Yudha Wirajaya dan Sudarmawarti hal. 184-186
-          Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku karya Sarwiji Suwandi dan Sutarmo hal. 183 – 194
-          Terampil Berbahasa Indonesia karya Dewaki Kramadibrata, Dewi Indrawati dan Didik Durianto hal.167-169
-          Terampil Berbahasa Indonesia 2 karya Dewaki Kramadibrata, Dewi Indrawati, dan Didik Durianto hal. 61-81

*NB* : Semua yang ada di atas saya ambil dari BSE